Penis bocah berusia 9 tahun terbakar saat khitan di Pontianak, Kalimantan Barat. Mediasi sudah dilakukan antara pihak korban dan dokter khitan tapi tidak membuahkan hasil.
Sebagaimana diberitakan detikcom, khitan dilakukan pada 1 April 2022. Anak yang dikhitan adalah putra dari Popi. Penis dari putra Popi terbakar saat disunat.
Penis, pangkal penis, dan kulup penis anak itu terbakar. Lubang saluran penis anak itu tidak lagi normal karena berpindah ke bawah. Anak itu kemudian diobati di RS Fatmawati Jakarta dan rencananya masih harus menjalani tindakan medis lanjutan.
Mediasi dilakukan pihak korban dengan pihak dokter khitan, dibantu Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Pontianak serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Pontianak.
“Operasi gagal dilakukan karena terduga pelaku tidak menyanggupi poin mediasi yang ditawarkan,” kata Ketua KPAD Kota Pontianak, Niyah Nurniyat, kepada detikcom, Selasa (16/5/2023).
Mediasi terakhir dilakukan pada 20 Maret 2023. Poin mediasi yang tidak disepakati dokter khitan adalah soal ganti rugi untuk korban.
“Poinnya adalah mengganti secara materiil kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian pelaku,” kata Niyah.
Salah satu mediator dari IDI Kota Pontianak, dr Wiwik Sudarso, menjelaskan telah memberikan laporan mediasi. “Sampai saat ini mediasi belum ditemukan titik tengah,” kata Wiwik saat dihubungi terpisah.
Popi, orang tua korban khitan, merasa belum mendapatkan keadilan. Dia masih menuntut tanggung jawab dari dokter khitan. Dia meminta ganti rugi dari dokter khitan. Namun karena mediasi gagal, dia melapor ke Polres Pontianak pada 1 April 2023.
“Tanggal 4 Mei lalu, saya dipanggil ke Polres terkait laporan saya. Saya dimintai keterangan. Sampai saat ini saya masih menunggu saja. Belum ada perkembangan lagi,” kata Popi saat dihubungi terpisah.
Kini, kondisi lubang penis anaknya masih berada di bawah. Bila hendak diperbaiki, perlu ada rekonstruksi lagi. Namun rekonstruksi medis tidak bisa dilakukan sekarang karena dia kasihan terhadap putranya itu. Betapa tidak? Anaknya sudah tiga kali menjalani proses bedah.
“Mental anak saya masih saya konsultasikan ke psikolog. Termasuk saya dan anak saya ke psikolog,” kata Popi.
“Saya berharap dia (dokter khitan) tanggung jawab. Harapan saya ke depannya dia bertanggung jawab atas biaya pengobatan saya kemarin. Kalau dia tidak bertanggung jawab, ini tidak adil,” kata dia.
detikcom telah berupaya menghubungi nomor dokter khitan yang bersangkutan. Namun hingga berita ini diunggah, belum ada respons dari dokter khitan itu.